Selasa, 29 April 2014

Lari --> Murah dan Sehat

Lari. Olah raga yang gratis ini sedang menjadi idola masyarakat Jakarta. Banyak event - event yang diadakan tiap hari minggu di Car Free Day (CFD) untuk mengajak masyarakat untuk berlari. Kemarin penulis mencoba untuk mengikuti salah satu event yang diadakan oleh Panin Asset Management yaitu, Capital Market Run. Menyenangkan juga ternyata berlari sejauh 5K. Lawan utama pada olah raga ini adalah diri sendiri, bagaimana kita untuk mengatur nafas dan tempo lari kita sejauh 5 Km.

Sesampai di finish line, itu merupakan suatu kepuasan diri sendiri yang sangat menyenangkan. Akan lebih baik jika ketika mengikuti event lari, kita menentukan target waktu finish kita. Sehingga, ketika berlari akan semakin termotivasi. 

Sedikit foto narsis penulis di event kemarin.

Bersama teman-teman BPS Batch 2 2013


Narsis di Finish Line

Bersama teman-teman sekamar :D

Mari BERLARI, karena olah raga ini murah, sehat, dan membakar kalori (agar tidak gendut). Usahakan untuk berlari minimal 15 menit tiap hari, untuk menjaga agar tubuh tetap fit. 

Minggu, 20 April 2014

Yuuuuuuk.. Pindah ke Gas yuuuuk


Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor gas terbesar di dunia. Ada beberapa tempat penghasil gas alam di Indonesia, seperti LNG Arun di Aceh, LNG Badak di Bontang, dan LNG Tangguh (yang terbesar yang dimiliki Indonesia) di Papua. Hampir seluruh penghasilan dari kilang - kilang LPG di Indonesia di ekspor keluar negeri, seperti ke Jepang, China, dan Korea. Cadangan gas di Indonesia masih cukup banyak, pemerintah dulu melakukan kebijakan untuk mengekspornya karena pada waktu itu kebutuhan gas di Indonesia masih sedikit, masih tergantung dengan minyak tanah, sedangkan untuk melakukan bisnis pengolahan gas (kilang gas) akan lebih sesuai jika pembelinya sudah ada. Hal ini dilakukan karena untuk menyimpan gas sangat sulit, sehingga gas harus secepatnya didistribusikan. Tidak seperti bisnis minyak bumi, dimana minyak bumi dapat disimpan atau ditimbun untuk waktu tertentu. Bahkan negara - negara maju seperi Amerika, Jepang, memilih untuk menimnbun minyak bumi sebagai sumber cadangan energi.

Kondisi masyarakat Indonesia saat ini masi sangat bergantung dengan subsidi BBM. Seperti yang sudah penulis jelaskan pada tulisan sebelumnya, dimana subsidi BBM sudah seharusnya di-stop untuk mengurangi ketergantungan rakyat Indonesia akan BBM. Memang saat ini, Bahan Bakar Gas sudah digunakan untuk beberapa transportasi umum di Jakarta, seperti Busway, Taksi, dan Bajaj. Kebijakan Pemerintah Indonesia yang kurang jelas akan Bahan Bakar Gas ini yang membuat tidak jelas penggunaannya di masyarakat. 

Misalnya di Korea Selatan, negara ini merupakan negara pengimpor gas terbesar di dunia. Kebijakan pemerintah Korea Selatan untuk menggunakan gas sebagai sumber energi utama negara tersebut dan mengalihkan minyak bumi sebagai sumber energi cadangan. Mulai dari taxi hingga rumah tangga sudah menggunakan LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan khusus untuk bus menggunakan CNG (Compressed Natural Gas). Korea Selatan bisa mengalihkan penggunaan BBM ke BBG karena kejelasan kebijakan pemerintah, dan didukung oleh produsen mobil lokal, seperti Hyundai dan KIA, yang langsung bisa menggunakan gas.

(Salah satu pengisian Stasiun Bahan Bakar LPG di Korea Selatan)

Ada beberapa pemikiran penulis mengenai hal ini :
1. Akan lebih baik pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan dan peraturan baru dimana untuk seluruh produsen mobil di Indonesia mewajibkan untuk menggunakan 2 jenis bahan bakar, yaitu BBM dan BBG. Di  saat yang bersamaan pemerintah mulai membangun infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas. Pelan tapi pasti, kita harus mulai beralih untuk meninggalkan BBM dan beralih ke BBG. 
2. Membatasi penggunaan BBM bersubsidi dengan RFID (Radio Frequency Identification) secepatnya, sehingga masyarakat mulai beralih dari BBM bersubsidi ke BBM khusus. Perlahan masyarakat akan menyadari karena BBM khusus harganya cukup mahal dan mulai beralih ke BBG dengan memasang alat konverter.
3. Mensosialisasikan melalui media televisi, internet, sosial media, radio, dan sebagainya mengenai keuntungan menggunakan BBG dibanding BBM, seperti perbandingan jarak liter/KM yang didapat dari kedua jenis bahan bakar ini, bagaimana hasil gas buangnya, atau selisih biaya yang dikeluarkan dari kedua jenis bahan bakar ini.
4. Mewajibkan seluruh produsen mobil untuk menjual alat konverter kit, sehingga memudahkan pengguna kendaraan bermotor produsen tersebut untuk memasang alat konverter tersebut.

Saat ini sudah ada 16 buah SPG yang dikelola oleh swasta, PT. Pertamina dan PT. PGN, dan harapan dari Gubernur DKI Bapak Joko Widodo untuk menambah jumlah SPBU ini menjadi 45 buah pada tahun depan. 
(Salah Satu SPBG Pertamina di Jakarta)

Mulai lah dari sendiri untuk berubah, jika diri sendiri belum berubah sulit untuk mengajak orang lain untuk berubah. Mari pelan - pelan membatasi penggunaan subsidi BBM dengan mencampurnya dengan BBM khusus, atau dengan memasang konverter kit untuk mensubstitusi penggunaan BBM. Harapan penulis, pemerintah yang akan datang berani untuk mengambil kebijakan yang kongrit dan jelas mengenai energi di Indonesia. Sehingga, subsidi yang ditanggung negara in dapat diminimalisir dan dapat dialihkan untuk membiayai maysarakat dalam dunia kesehatan ataupun pendidikan. Tidak habis begitu saja untuk dibakar alias subsidi BBM!  

Bagi yang ingin tahu lebih banyak mengenai konverter kit dapat mengunjungi website autogasindonesia.com. Website ini akan memberikan gambaran mengenai penggunaan konverter kit dan biaya mengenai pemasangan konverter kit.

Sumber :

http://autogasindonesia.com/new/
http://konversigas.com/
http://www.merdeka.com/jakarta/jokowi-tagih-janji-pertamina-dan-pgn-bangun-45-spbg-di-jakarta.html


Minggu, 13 April 2014

Ketika Oposisi menjadi Pemerintah

Semua sudah tahu hasil dari pemilu kemarin, dimana PDIP menempati urutan nomor 1, diikuti Golkar dan Gerindra ditempat kedua dan ketiga. Semenjak tahun 2004 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan selalu menjadi partai oposisi, dan saat ini berpeluang besar untuk menjadi partai yang akan memegang pemerintahan Indonesia. Memang pengaruh dari Bapak Jokowi sangat terasa pada pemilu kali ini. Mungkin banyak masyarakat yang berpikiran ingin meilih Jokowi tapi bukan memilih caleg partai tempat Jokowi bernanung. 

Selama lebih dari 10 tahun PDIP merupakan partai oposisi yang sangat keras menolak untuk menaikkan harga BBM PSO (Public Obligation Service) alias subsidi. Mereka selalu bersikukuh kenaikan harga BBM bukanlah jalan yang harus ditempuh untuk menutupi kebocoran kas pemerintah akibat subsidi BBM. Berbagai alasan selalu dikemukakan oleh PDIP untuk menahan kenaikan BBM subsidi. Menurut salah satu kadernya, "Seharusnya pemerintah bisa untuk mengelola dan menghemat distribusi BBM dengan sebaik-baiknya. Selain itu, pemerintah dinilai tidak serius untuk melakukan konversi ke bahan bakar alternatif". Nah begitu kata salah satu kadernya yang cukup terkenal.
(Demontrasi para kader PDIP ketika BBM akan dinaikan pemerintah, tahun 2013)

Menurut penulis, masyarakat saat ini sudah terlalu nyaman dengan kondisi BBM yang murah meriah ini. Meskipun pemerintah berupaya untuk melakukan konversi, jika harga premium masih sangat murah, mungkin sangat sedikit yang mau melakukan konversi tersebut. Karena untuk melakukan konversi BBM ke gas saja, setiap mobil harus dipasang converter kit yang harganya cukup mahal. Masyarakat harus dibuat tidak nyaman terlebih dahulu, sehingga mereka mulai berpikir untuk mencari alternatif yang lebih murah dan baik. Contohnya ketika konversi minyak tanah ke LPG, masyarakat sangat merasakan dampak positifnya. Ketika dihitung penggunaan per bulannya, masyarakat mendapatkan selisih harga yang cukup signifikan. Selain itu, minyak tanah menghasilkan jelaga pada wajan, sedangkan gas sangat bersih. Ketika manusia berada dalam kondisi tertekan pasti akan mencari jalan yang lebih baik dan murah lagi.
(Beberapa taxi yang sudah menggunakan BBG sebagai bahan bakarnya)

Saat ini, para partai politik sedang dalam proses lobi-melobi untuk menentukan siapakah capres dan cawapres dari masing-masing koalisi ini. Akan sangat menarik jika Partai PDIP memegang pemerintahan yang akan datang. Dapat dilihat, saat pemilu kali ini tidak ada caleg ataupun capres yang berani untuk menjanjikan untuk tidak menaikkan harga BBM di 5 tahun yang akan datang. Semua capres dan caleg yang berkampanye tahu kondisi energi di Indonesia sudah masuk tahap krisis. Dimana untuk memenuhi kebutuhan BBM saja negara kita harus import ke negara lain. Presiden dan Wakil Presiden yang akan datang harus paham betul masalah ketahanan energi Indonesia. Bayangkan saja jika negara ini perang dengan Singapur, dengan mudahnya segala jalur impor bahan bakar minyak dan gas yang kita impor, dapat dihentikan oleh negara tersebut. Saat ini, jika terjadi kelangkaan BBM 1-2 hari di suatu wilayah, warga akan antri panjang dan berebutan untuk dapat mendapatkan BBM tersebut. Ketika kondisi perang terjadi dan pasokan import BBM kita terganggu, kelangkaan BBM bisa mencapai 1-2 bulan. Mungkin yang terjadi bukan hanya berebutan, namun juga bisa saling bunuh-bunuhan untuk mendapatkan BBM. Mungkin bahasa penulis terkesan berlebihan, namun hal ini mungkin saja terjadi melihat ketergantungan rakyat Indonesia yang sangat tinggi pada BBM ini.
(Antrian kendaraan roda dua ketika terjadi kelangkaan BBBM)

Harapan yang penulis inginkan pada pemilu kali ini. Siapapun pemenangnya, harapan penulis pemerintah akan lebih peduli dan memprioritaskan kepentingan suplai energi nasional dibandingkan hal apapun. Pemerintah dapat menyetarakan pembagian listrik di seluruh Indonesia. BBM subsidi sudah tidak dijadikan lagi alat politik bagi pemerintah ataupun oposisi. 

Kamis, 10 April 2014

Low Cost Green Car vs Subsidi BBM

Saat ini, Indonesia sedang marak-maraknya mobil murah, kalau kata pemerintah itu LCGC alias Low Cost Green Car. Dari namanya keren sih, mobil murah dan hijau yang artinya mendukung indah nya lingkungan di Indonesia ini. Namun, ya tetep aja, bahan bakarnya minyak, apa lagi dengan cc yang rata-rata di bawah 1500 cc ini masyarakat tidak akan segan-segan untuk mengisinya dengan Premium atau bahan bakar minyak Bersubsidi. Meskipun pemerintah membuat kebijakan untuk para pengguna LCGC dilarang membeli bensin bersubsidi. Namun, kebijakan tersebut kurang jelas. Inilah yang menyebabkan masyarakat tidak segan untuk membeli kendaraan baru, karena memang dalam pemikiran masyarakat Indonesia, Indonesia adalah negara yang kaya akan minyak, dan minyak itu murah. Padahal pemerintah kita itu mungkin sudah bisa dinyatakan bangkrut kalau tidak ada negara atau lembaga asing yang memberikan kita pinjaman dana. Akibatnya, Indonesia menjadi negara yang banyak utang, karena harus membayarkan biaya subsidi yang sangat tinggi. Subsidi yang harus diemban oleh pemerintah kita untuk BBM saja pada tahun 2012 mencapai Rp 211,9 Triliyun. dan hampir Rp 297,7 Triluyun di tahun 2013. Dengan semakin maraknya LCGC penulis sangat yakin pada tahun 2014 ini subsidi akan semakin melonjak tinggi. Hampir 300 Triluyun hanya untuk subsidi BBM, itulah yang menyebabkan berbagai kebutuhan lain di Indonesia menjadi mahal, seperti pendidikan, kesehatan, transportasi umum, dan yang lainnya.

(LCGC yang lagi isi Premium)

Awalnya subsidi BBM di Indonesia diakibatkan pada tahun 1980-2000 (jaman orde baru) penghasilan minyak di Indonesia sangat tinggi dan sangat melimpah. Selain itu juga ditopang oleh semakin mahalnya minyak mentah (Crude oil) di dunia. Tentunya untuk teori bisnis sama sekali tidak ada kerugian untuk menjual minyak mentah ini ke luar negeri. Oleh karena penjualan yang sangat tinggi ke luar negeri, dengan keuntungan yang sangat melimpah, pemerintah memutuskan untuk memberikan subsidi kebada masyarakat Indonesia. Seiiring berjalannya waktu minyak mentah di Indonesia semakin menurun kapasitas produksinya, dan akhirnya pada tahun 2003 terjadi keadaan dimana kebutuhan dan penghasilan minyak mentah Indonesia impas. Sehingga, indonesia memutuskan keluar dari OPEC, organisasi negara pengekspor minyak, pada tahun 2008. Logikanya, karena kita sudah tidak mengekspor minyak, dan negara ini defisit minyak, subsidi seharusnya sudah tidak diberlakukan lagi. Selain itu, subsidi lebih banyak dinikmati oleh orang-orang menengah ke atas dan terpusat di pulau jawa lebih spesifiknya jawa barat. Kurang tepat kebijakan ini diberlakukan oleh pemerintah kita pada kondisi Indonesia yang seperti ini. Namun, subdisi saat ini sudah menjadi alat politik bagi para politisi dan birokrat negara ini. Hal ini yang menyebabkan masih adanya subsidi di Indonesia, dan semakin membengkaknya subsidi di Indonesia.

Nah kita sebagai generasi baru bangsa Indonesia, harusnya sudah mulai berpikir ke depan. Mau sampai kapan kita menggunakan BBM bersubsidi. Sudah seharusnya kita mulai beralih menggunakan transportasi umum dibandingkan dengan membeli mobil murah meriah dengan BBM bersubsidi. Mulailah dari diri kita untuk merubah bangsa kita. Ajak mulai dari orang terdekat kita, untuk menggunakan transportasi umum atau menggunakan BBM yang non-subsidi.

LET'S GO GREEN, by using PUBLIC TRANSPORT!!!